Oleh: Fathika Raihani Tawali
Merdeka! Sebuah kata yang kala itu tertanam dalam batin seluruh rakyat Indonesia, yang kemudian terucap lantang mengiringi lantunan proklamasi oleh Soekarno bersama Bung Hatta sebagai pendampingnya. Peristiwa itu merupakan hal yang sangat bermakna bagi bangsa Indonesia dan akan terus dikenang sepanjang masa. Kemerdekaan memang tak dapat diperoleh hanya dengan sebuah jentikan jari. Di balik maknanya yang membanggakan, ada berbagai jalan menanjak yang perlu ditempuh sebelum mencapainya. Kerja keras beserta cucuran keringat dan darah pun harus dirasakan sebelum kemerdekaan berada dalam genggaman.
Mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, ‘merdeka’ memiliki tiga arti. Pertama, bebas dari perhambaan, penjajahan, dan sebagainya. Dalam makna lain yaitu berdiri sendiri. Kedua, tidak terkena atau lepas dari tuntutan. Sementara itu, makna yang terakhir ialah tidak terikat maupun tidak bergantung kepada orang atau pihak tertentu, dalam artian leluasa. Merdeka tak harus selalu berkaitan dengan kebebasan suatu bangsa yang akhirnya dirasakan setelah terpenjara oleh kekangan para penjajah. Merasa damai terhadap diri sendiri pun juga sebuah kemerdekaan. Berhasil mengangkat hak dan martabat diri sendiri juga adalah sebuah kemerdekaan.
Begitu pula kebebasan bagi guru dan murid dalam menempuh proses pendidikan yang dirangkaikan dengan kegiatan belajar mengajar. Mungkin itulah yang mendasari pencetusan program Kurikulum Merdeka Belajar oleh Menteri Pendidikan saat ini. Menurut Nadiem Anwar Makarim, kebijakan Merdeka Belajar merupakan langkah untuk mentransformasi pendidikan demi terwujudnya Sumber Daya Manusia (SDM) unggul Indonesia yang memiliki Profil Pelajar Pancasila. Contoh bentuk penerapan kurikulum tersebut dapat dilihat dari beberapa perubahan yang akan diimplementasikan pada jenjang Sekolah Menengah Atas. Dalam struktur kurikulum SMA ini, kegiatan pembelajaran intrakurikuler untuk setiap mata pelajaran mengacu pada capaian pembelajaran. Sementara itu, proyek penguatan Profil Pelajar Pancasila dilakukan secara fleksibel, baik secara muatan maupun waktu pelaksanaan dan tidak harus dikaitkan dengan capaian pembelajaran pada mata pelajaran.
Lantas, apakah merdeka belajar diartikan bahwa murid maupun guru dapat berbuat sebebasnya dan lepas dari tanggung jawab mereka sebagai pendidik dan peserta didik? Tentu bukan seperti itu. Menurut Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara, mendidik dan mengajar adalah proses memanusiakan manusia, sehingga harus memerdekakan manusia dari segala aspek kehidupan baik secara fisik, mental, jasmani, maupun rohani. Jadi, merdeka dalam belajar yang dimaksud adalah sebuah kondisi pembelajaran yang mana baik guru maupun murid dapat melaksanakan tanggung jawabnya dengan keinginan penuh tanpa tekanan batin maupun fisik, bebas dalam mengeksplor banyak hal, serta berhak mengemukakan ide-ide dan pemikiran yang dimiliki melalui proses pembelajaran.
Ing Ngarso Sung Tulodho (di depan memberi teladan), Ing Madya Mangun Karso (di tengah membangun kehendak), dan Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan). Itulah tiga filosofi pendidikan yang dikemukakan oleh Bapak Pendidikan Nasional kita. Ketiga kalimat itu sendiri ditujukan kepada guru sebagai pendidik.
Guru adalah teladan bagi muridnya dalam budi pekerti dan tingkah laku. Guru harus menjadi sosok yang mumpuni dan mampu menunjukkan sikap dan pemikiran yang baik, bukan malah sebaliknya. Seorang guru harus bersikap tegas dan bijaksana dalam menentukan berbagai keputusan, diikuti oleh nasihat dan arahan yang membangun, bukan memojokkan atau melukai murid. Selain itu, guru juga berperan sebagai fasilitator bagi murid dalam mengembangkan seluruh potensi yang mereka miliki. Tak dapat dipungkiri, bimbingan dari seorang guru sangat berpengaruh dan akan memberi impact yang cukup besar terhadap perjalanan muridnya. Tidak hanya terpaku pada pemberian tugas yang menyesuaikan materi pembelajaran, seorang guru juga dipercaya untuk menyelaraskannya dengan membantu murid dalam mengembangkan berbagai potensi lain seperti kemampuan kognitif, kemampuan memecahkan permasalahan di kehidupan nyata, kemampuan mengidentifikasi apa yang diketahui maupun tidak diketahui, hingga kemampuan sosial. Peran seorang guru bukan hanya sekadar pemberi ilmu yang terus berpacu pada kemampuan akademik murid, tetapi juga sebagai sosok yang senantiasa memberi dukungan dan kasih sayang sepenuh hati. Tidak menekan ataupun memaksa muridnya dalam proses pembelajaran, tanpa bersedia mendengar keluh kesah dan pendapat pribadi mereka. Kehidupan di sekolah bukan hanya persoalan akademik. Masa kehidupan di sekolah juga erat kaitannya dengan interaksi sosial dan juga emosional. Perkara tersebut sangat memengaruhi kinerja belajar seorang murid. Dengan lingkungan yang ramah dan mendukung, murid tentunya akan merasa aman berada di sekolah, sehingga keinginannya dalam menuntut ilmu juga akan semakin bertambah.
Walaupun guru memiliki peran penting, indikator kesuksesan pembelajaran tidak hanya terpacu pada guru. Murid juga mempunyai kewajibannya sebagai peserta didik. Mereka dituntut untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Namun semua itu tidak boleh dilandasi oleh keterpaksaan, karena segala sesuatu yang bersifat terpaksa berarti tidak sesuai dengan prinsip merdeka. Peserta didik yang baik adalah yang memiliki keyakinan untuk dapat terus berkembang dan berprestasi dengan berusaha secara maksimal. Tidak mudah menyerah hanya karena dihadapkan dengan satu soal yang memusingkan. Selain itu, sebagai seorang peserta didik yang menerima ilmu dari pendidik, sudah sepantasnya murid menyikapi guru layaknya orang tua mereka sendiri. Murid harus senantiasa menghormati dan menghargai gurunya dengan bertutur kata maupun bersikap sopan. Bagaimanapun juga, gurulah yang membimbing mereka. Gurulah yang mengajarkan mereka berbagai ilmu yang bermanfaat. Jika murid merasa kurang sependapat atas gurunya, maka hendaknya ia komunikasikan secara sopan dengan tetap menerapkan etika dan tata krama yang seharusnya. Apabila interaksi antara guru dan murid dapat terjalin dengan baik, maka tentu kegiatan belajar mengajar akan berjalan dengan lebih damai dan menyenangkan.
Setelah membahas beberapa hal berkaitan dengan proses belajar mengajar, kita sadar bahwa pendidikan memang hadir sebagai aspek yang sangat penting dalam kehidupan. Pendidikan merupakan faktor yang akan menentukan pengetahuan dan keterampilan seseorang. Pendidikanlah yang menjadi fondasi kita dalam berkarir di masa depan. Dengan ilmu dan wawasan yang luas, seseorang dapat menjadi tokoh ternama yang mampu mengubah dunia. Bahkan, profesi guru pun tidak lahir begitu saja tanpa adanya ilmu yang ia terima. Oleh karena itu, seluruh pihak harus menaruh perhatian yang lebih besar terhadap penyelenggaraan proses pendidikan di bangsa ini. Melalui peluncuran program-program berkonsep Merdeka Belajar inilah yang dapat menjadi penunjang bagi guru dan murid dalam menyukseskan proses pendidikan yang mereka tempuh.
Pembelajaran yang diterapkan pada Kurikulum Merdeka ini akan disalurkan melalui kegiatan berbasis proyek, sehingga memberikan kesempatan luas kepada peserta didik untuk mengeksplorasi hal-hal aktual di lingkungan sekitar, juga untuk mengembangkan soft skill dan karakter yang sesuai dengan profil pelajar Pancasila. Juga dengan adanya program ini, struktur kurikulum akan lebih fleksibel dan fokus pada materi yang esensial, sehingga memberi banyak waktu bagi murid untuk mendalami kompetensi dasar lainnya. Kurikulum ini juga memberikan keleluasaan bagi guru untuk menggunakan berbagai perangkat ajar sesuai kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Aplikasi yang menyediakan berbagai referensi bagi guru juga akan digunakan agar guru dapat mengembangkan praktik mengajar secara mandiri. Peserta didik juga dapat memilih mata pelajaran sesuai minat, bakat dan aspirasinya. Dengan demikian, guru dapat mengajar sesuai tahap capaian dan perkembangan peserta didik. Selain itu, sekolah diberikan kewenangan untuk mengembangkan dan mengelola kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan dan peserta didiknya.
“Indonesia telah merdeka. Namun, apakah pendidikan di Zamrud Khatulistiwa ini juga telah mencapai garis kemerdekaan?” Atas pertanyaan itu, marilah kita bersama-sama berbenah diri demi mencapai kemerdekaan pendidikan bangsa yang didambakan, di masa ini hingga masa yang akan datang. Berbagai sistem pembelajaran telah dicetuskan oleh pemerintah. Namun, baik guru maupun murid hendaknya tidak hanya melihat itu sebagai suatu metode, tetapi juga menanamkannya sebagai mindset untuk terus berkembang. Tidak hanya bersikap kaku terhadap program kebijakan yang dikeluarkan, tetapi harus lebih fokus dalam mewujudkan apa yang sebenarnya menjadi tujuan dari diberlakukannya kebijakan-kebijakan tersebut pada sistem pendidikan saat ini, sembari melaksanakan amanah dengan sepenuhnya. Karena suatu tujuan akan dengan mudah tercapai apabila pihak yang turut berperan betul-betul memahami makna dari apa yang mereka jalani dan bertanggung jawab atas peran mereka masing-masing.
Seperti kerja keras para pejuang terdahulu, jasa dari ribuan pahlawan yang tak dapat kita sebutkan namanya satu per satu. Semangat mereka yang senantiasa berkobar, tekad mereka yang tak pernah luntur walau berbagai rintangan harus dihadapi. Semuanya mereka lakukan karena satu tujuan yang sama, yaitu agar bangsa ini dapat merdeka dan seluruh rakyat Indonesia mampu melihat bendera merah putih berdiri dengan gagah di atas tanah air, mengibarkan semangat dan cita-cita bangsa. Satu diantaranya, digambarkan melalui cita-cita bangsa Indonesia untuk mendidik dan menyamaratakan pendidikan seperti yang tertuang dalam UUD 1945 alinea ke-4, yakni “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa”.
DAFTAR PUSTAKA
- Arti Merdeka: Penjelasan dan Maknanya bagi Bangsa Indonesia. (2021, Agustus 17). Kumparan.com.
https://kumparan.com/berita-hari-ini/arti-merdeka-penjelasan-dan-maknanyabagi-bangsa-indonesia-1wLJyvga36b
- Merdeka Belajar, Ikhtiar Memperkuat Pilar Pendidikan. (2022, Juni 30). Kemenkopmk.go.id.
https://www.kemenkopmk.go.id/merdeka-belajar-ikhtiar-memperkuat-pilarpendidikan - Struktur Kurikulum Merdeka Belajar SMA. (2022, Juli). Akupintar.id. https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/struktur-kurikulum-merdeka-belajar-sma
- Microlearning Guru Belajar – Kemdikbud. (2022, Januari 27). LU 5 – Sistem Among [Video]. YouTube, https://youtu.be/PBwiuUjj-gU
- Microlearning Guru Belajar – Kemdikbud. (2022, Januari 28). LU 5 – Merdeka Belajar Abad 21 [Video]. Youtube, https://youtu.be/rG8SvKeF4ZU